Islam Pada Masa Rasulullah S.a.w

A. Jazirah Arab Sebelum Islam

Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau, jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”.

Oleh bangsa Arab tanah air mereka disebut jazirah, kendatipun hanya hanya dari tiga jurusan saja dibatasi oleh laut. Yang demikian itu adalah secara majas (tidak sebenarnya).

Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu “ Shibhul Jazirah” yang dalamm bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”.[1]

Jazirah Arab terletak diantara dua benua Asia dan Afrika. Sebelah barat daerah Arab dibatasi oleh Laut Merah, sebelah timur dibatasi oleh Teluk Persia dan Laut Oman atau sungai-sungai Daljah (Tigris) dan Furrat (Euphraat). Sebelah selatan dibatasi oleh lautan Hindia dan Sebelah utara oleh Saghara Tiih yaitu lautan oasir yang ada di antara negri Syam dan sungai Furrat. Itulah sebabnya daerah arab ini terkenal sebagai pulau dan dinamakan Jaziratul-Arabiyyah.

Jazirah Arab terbagi atas dua bagian, yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Bagian tengah terdiri dari tanah pegunungan yang amat jarang dituruni hujan. Penduduknya sedikit dan terdiri dari kaum pengembara yang selalu berpindah-pindah tempat.

Penduduk bagian tengah jazirah arab disebut kaum Badui, yaitu penduduk gurun.Binatang yang amat penting bagi kehidupan mereka adalah unta, yang oleh mereka disebut Safinatus Shahra (bahtera padang pasir).[2]

Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam kesukuan Badui. Kelompok bebrapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syech. Mereka suka berperang. Karena itu, peprangan antar suku sering sekali terjadi. Sikap ini nampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai agama Islam lahir.[3]

Pada masa pra Islam, atau yang biasa disebut zaman jahiliyah, moralitas bangsa Arab yang negatif dapat disebutkan seperti minum arak, melakukan pelacuran , pencurian dan perampokan, kekotoran dalam urusan makan dan minum, pertengkaran dan perkelahian.

Rata-rata orang Arab pada waktu itu adalah peminum, kecuali bebrapa orang yang dapat dihitung. Kebiasaan minum minuman keras biasanya dibarengi dengan bermain judi. Karena itu judi merupakan kebiasaan yang digemari.[4]

Bagian lain dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain, baik karena sulit dijangkau maupun karena tandus dan miskin, adalah Hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah Mekah, kota suci tempat Ka’bah berdiri. Ka’bah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut agama asli Mekah, tetapi juga oleh orang-orang Yahudi yang bermukim disekitarnya.

Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk Jazirah Arab, bangsa Arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya pada banyak dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah memiliki berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut di pusatkan di Ka’bah, meskipun di tempat-tempat lain juga ada. Berhala-berhala yang terpenting adalah Hubal, yang dianggap sebagai dewa terbesar, terletak di ka’bah; Lata, dewa tertua, terletak di Thaif; Uzza, bertempat di Hijaz, kedudukannya dibawah Hubal, dan Manat yang bertempat di Yatsrib. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib buruk.[5] Sebenarnya mereka percaya kepada Allah SWT sebagai pencipta,[6] Pengatur dan Penguasa alam semesta sekalipun mereka inkar tentang hidup setelah mati. Mereka menyembah patung dengan maksut mendekatkan diri kepada Allah SWT.[7] Demikianlah keadaan bangsa dan Jazirah Arab menjelang kebangkitan Islam.

B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad: Dakwah dan Perjuangan

1. Sebelum Masa Kerasulan

Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthallib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Nabi lahir pada tanggal 12 Rabiul awal tahun Gajah (20 april 571 M)

Muhammad lahir dalam keadan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh , Halimah Sa’diyah, sampai umur empat tahun. Setelah itu kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun , dia menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan membawa risalah-Nya yang terahir.

Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti Abdul Muthalib dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan.

Pada usia yang ke duapuluh lima, Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun.[8]

2. Masa Kerasulan

Pada sebagian kabilah Arab terdapat tradisi dimana beberapa anggotanya yang diberikan kecerdasan dan ketajaman oleh Allah SWT, pergi menyendiri ke tampat-tempat yang jaih dari keramaian. Di tempat terpencil inilah oaring-orang tersebut mencurahkan pikirannya untuk mencari petunjuk atau jawaban-jawaban tertentu terhadap apa yang mereka pikirkan. Aktivitas biasanya dinamakan dengan tahannuts.

Aktifitas tahannuts ini, menurut satu pendapat, telah dimulai di jalani Nabi SAW. Sekitar enam bulan atau lebih sebelum pengangkatannya sebagai Rasul.

Ketika Nabi SAW genap berusia empat puluh tahun, datanglah malaikat Jibril dengan membawa nubuwwah (lisensi kenabian) , Berdasarkan kesepakatan ahli sejarah, peristiwa penting ini terjadi pada hari senin tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M. Pada asat itu beliau sedang bertahannuts di gua Hira[9]

Pada saat itu , di dalam gua , beliau didatangi oleh seorang malaikat yang berkata kepadanya, “Bacalah!” Beliau lalu menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril memgang merangkul Nabi hingga nafasnya sesak. Kemudian Jibril melepaskan rangkulannya seraya berkata lagi ”Bacalah!” Nabi masih menjawab “Saya tidak bias membaca”. Lalu kejadian itu berulang. Jibril merangkul Nabi lagi sekeras-kerasnya hingga yang ke tiga kalinya, kemudian melepaskannya. Lalu berkata sebagaimana surat Al-Alaq 1-5. Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai Nabi. [10]

Selama beberapa hari tidak ada lagi wahyu yang turun, dan ini menyebabkan Nabi berduka. Dalam keadaan menanti turunlah wahyu yang ke dua yaitu surat Al-Muddasir 1-5.

Rasulullah SAW melaksanakan tugas risalahnya selama 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dalam periode Mekah ditempuh melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah dakwah secara diam-diam. Yang Menjadi dasar dimulainya dakwah ini adalah surat al-Muddatsir 1-7. Dalam fase ini yang menyatakan beriman adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan Zaid ibn Haritsah. Mereka menjalankan agama baru ini secara sembunyi-sembunyi sekitar tiga tahun lamanya.[11]

Tahap kedua adalah tahap semi terbuka. Dalam tahap ini Rasulullah menyeru keluarganya dalam lingkup yang lebih luas berdasarkan Surat al-Syu’ara ayat 214. Yang menjadi sasaran utama seruan ini adalah Bani Hasyim. Sesudah itu Rosulullah memperluas jangkauan seruannya kepada seluruh penduduk Mekah setelah turun ayat 15 Surat al-Hijr. Langkah ini menandai dimulainya tahap ketiga, yaitu da’wah secara terbuka.[12]

Ketika gerakan Rasulullah sudah mulai meluas, orang-orang Quraisy terkejut dan marah. Mereka bangkit menentang dakwah Raulullah dan dengan berbagai macam cara berusaha menghalang-halanginya. Mnurut A.Syalabi ada lima faktor yang menyebabakan orang Quraisy menentang da’wah Rasulullah, yaitu:

  1. Persaingann Pengaruh dan kekuasaan. Mereka belum bi sa membedakan antara kenabian dan kerajaan. Hal ini menurut anggapan mereka, akan menyebabkan suku-suku Arab kehilangan pengaruhnya dalam masyarakat.
  2. Persamaan derajat. Rasulullah mengajarkan persamaan derajat diantara umat manusia. Hal ini berlawanan dengan tradisi Arab Jahiliyahyang membeda-bedakan derajat manusia berdasarkan kedudukan dan status sosial
  3. Takut dibangkitkan setelah mati. Mereka enggan memeluk Islam yang mengajarkan manusia akan dibangkitkan kembali dari kematiaanya untuk mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuataanya sewaktu hidup di dunia.
  4. Taklid kepada nenk moyang. Terlampau berat bagi meninggalkan agama nenek moyangnya apalagi yang diajarkan Rasulullahitu bertolak belakang dengan keyakinan yang meeka anut.
  5. Perniagaan Patung. Larangan menyembah, memahat dan memperjual belikan patung merupakan ancaman yang akan mematikan usaha pemahat dan penjualpatung.[13]

Kekejaman yang dilakukjan oleh penduduk Mekah terhadap kaum Muslimin,mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negri tempat pengungsian,. Dipiihnya Habsyi kerena Negus, penguasa negri itu,terkenal adil dan bijaksana. Berangkatlah 10 orang laki-;ali dan empat orang perempuan. Setelah itu berangkat 81 oarang laki-laki, 18 orang perempuan dann beberapa orang anak-anak. Dalam tahun yang penuh ketegangan ini,dua tokoh Quraisy yaitu Hamzah ibn abd al-Muthalib dan Umar ibn Khathab masuk Islam. Kaum Quraisy sadar, bahwa umat Islam sekarang bukan lagi kelompok yang lemah, melainkan kelompok yang secara potensial makin hari makin kuat dengan terus bertambahnya penganut Islam dari kalangan terpandang.[14]

Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Nabi yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Cara yang ditempuh adalah pemboikotan. Mereka mamutusakan segala bentuk hubunngan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Mekah pun diperkenanlkan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan dibuat dalam bentuk piagam dan ditanda tangani bersama dan disimpan di dalam Ka’bah. Akibat dari boikot itu Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tak ada bandingannya.

Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimoin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh tindakan yang keterlaluan. Setelah boikot dihentikan, Bani Hasyim seakan dapat bernafas kembali dan pulang kerumah masing-masing. Namun, tak lama kemudian Abu Thalib paman Nabi yang merupakan pelindung utamanya meninggal dunia. Tiga hari setelah itu, Khadijah, istri Nabi meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian.[15] Berdasarkan Ijma’ kejadian yang dialami oleh Nabi ini disebut ‘aamul huzni (tahun kesedihan)

Allah sungguh telah berkehendak untuk menghilangkan kesedihan kesedihan dan kekalutan dari kekasihNya, Nabi Muhammad SAW. Untuk Menghibur Nabi, Allah meng Isra’ dan memi’rajkan Nabi pada tahun ke sepuluh kenabian.. Berita tentang Isra’ Mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian keimanan.[16]

Pada musim Haji tahun 11 setelah kenabian, beberapa orang Khajraj, dua diantaranya dari Bani Najran masuk Islam. Pada musim haji tahun berkutnya 12 orang laki-laki dan seorang perempuan dari Yatsrib menemui Rasulullah di Aqabah.Mereka berikarar tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina,tidak membunuh anak-anak, tidak memfitnah, dan tidak mendurhakai Nabi Muhammad SAW.. Peristiwa ini disebut Bait Aqabah pertama. Setelah peristiwa itu Rasulullah mengutus Mus’ab ibn Umair untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib. Setahun kemudian, pada malam hari seusai menunaikan ibadah haji terjadi Baiah Aqabah kedua.[17]

C. HIJRAH KE YATSRIB

Setelah Baiah Aqabah ini kekerasan terhadap kaum Muslimin makin meningkat. Menghadapi kenyataan ini Rasulullah menganjurkan para sahabatnya pindah ke Yatsrib. Rasulullah sendiri baru meninggalkan Mekah stelah seluruh kaum Muslimin,kecuali Ali dan Abu Bakar, sudah keluar dari Mekah.

Menurut para sejarawan, perjalanan Rasulullah sejak keluar dari Mekkah hingga sampai ke perbatasan Madinah memakan waktu dua belas hari. Rasulullah sampai di tujuan pada siang hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal yang bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622M. [18]

Kedatangan Rasulullah disambut hangat penuh kerinduan oleh kaum Anshar. Sejak kedatangan Rasululah, Yatsrib berubah namanya menjadi Madinah al-Rasul (Kota Nabi) atau al –Madinah al-Munawara (Kota yang bercahaya).[19] Dalam istilah sekarang , kota ini cukup disebut Madinah saja.

D. PEMBENTUKAN NEGARA MADINAH

Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi di Madinah dalam rangka pembentukan sebuah Negara adalah membuat piagam Madinah pada tahun prtama Hijriyah. Piagam ini membuat peraturan-peraturan dan hubungan antara berbagai komunitas dalam masyarakat Madinah. Nabi bertindak sebagai kepala Negara dan Piagam Madinah sebagai konstitusinya. Perbedaan mendasar antara kondisi Nabi di Mekah dan Madinah adalah bahwa pada saat Nabi di Mekah ia hanya sebagai pemimpin agama, sedangkan di Madinah ia sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin Negara.

Di Madinah Nabi juga membangun tatanan masyarakat dan sosial politik yang menjadi landasan bagi pembangunan masyarakat madani. Dalam kacamata politik modern, Madinah dapat dikatakan sebagai Negara dalam pengertian sesungguhnya,karena telah memenui syarat-syarat pokok pendirian sebuah Negara.[20]

Dengan Madinah pimpinan Nabi adalah model bagi hubungan antara negara dan Negara dalam Islam .usaha nabi sebagai ”eksperimen Madinah” yang menyajikan pendelegasian, wewenang dan kehidupan berkontitusi.

Nabi menjalankan kekuasaan tidak atas dasar legitimasi politik seorang ’Imam” melainkan karena beliau sebagai seorang utusan Allah semata. Karena ketaatan pada Nabi bukanlah berdasarkan politik de facto melainkan kearena kedudukan beliau sebagai pengemban misi suci untuk seluruh umat manusia.[21]

Istilah Khalifah” sendiri disandang Abu Bakar adalah pemberian orang banyak , tidak secara langsung berasal dari Al-Qur’an atau sunnah; karena itu, ia tidak mengandung kesucian daalm dirinya, sebab itu hanya kreasi sosial budaya.[22]

Perang pertama yang sangat menentukan masa depan negara Islam adalah Perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan orang musyrik Quraisy, terjadi pada tanggal 8 Ramadhan tahun 2 Hijriyah . Perang ini kaum Muslimin keluar sebagai pemenang.[23]

Bagi kaim Quraisy Mekah, kekalan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan berat. Pada tahun 3H, mereka berangkat menuju Madinah, membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, dan 200 pasukan berkuda. Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar seribu orang. Namun ditengah perjalanan sekitar 300 orang Munafik membelot dan kembali ke Madinah. Tepatnya di bukit Uhud, bebrapa kilometer dari kota Madinah, kedua pasukan bertemu. Perang dahsyat pun berkobar. Perang ini akhirnaya dimenangkan oleh kafir Quraisy, karena kelengahan pasukan Islam , tidak mematuhi perintah Nabi.[24]

Dalam perang selanjutnya yaitu perang Khandaq pasukan Islam dikhianati oleh para sekutunya sehingga pasukan Islam ditimpa kesulitan. Dalam perang Mu’tah juga kaum Muslimin menderita kekalahan.[25]

Setelah berada jauh dari kota kelahirannya selama delapan tahun, pada ahirnya Nabi, dapat kembali ke Mekah setelah menaklukannya dari orang-orang kafir Quraisy. Penaklukan Mekah sendiri diawali dengan penandatanganan sebuah perjanjian tertulis antara Nabi saw, dengan orang-orang kafir. Dalam perjanjiann yang kemudian dikenal dengan nama perjanjian Hudaibiyah ini dapat dilihat dengan jelas kebijaksanaan serta kepiawaian Nabi dalam melakukan perundingan politik dengan para musuh.[26]

Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan positif. Hampir seluruh Jazirah Arab, termasuk suku-suku paling selatan, menggabungkan diri dalam Islam. Perjanjian Hudaibiyah ternyata mnjadi senjata bagi untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut. Melihat kenyatan ini Rasulullah bertolak ke Mekkah dengan tentara sepuluh ribu orang tentara untuk melawan mereka. Nabi Muhammad tidak mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota Mekah tanpa perlawanan. Belaiu tampil sebagai pemenang. Patung-patung berhala siseluruh negri dihancurkan. Setelah itu Nabi berkhotbah menjanjikan ampunan Tuhan terhadap kafir Quraisy. Seudah khotbah disampaikan, mereka datang berbondong-bondong memluk aga,a Islam . Sejak itu, Mekah berada dibawah kekuasaan Nabi.[27]

Sesudah Islam mencapai kemenangan, hanya kabilah-kabilah yang terpencar-pencar yang belum menganut Islam . Ketika pemuka-pemuka kabilah iru mengetahui, bahwa Mekah sudah dikuasai kaum Muskim, mereka menyadari tidak mungkin ada lagi kekuatan yang mampu memerangi kaum Muslimin. Oleh karena itu, sejak tahun 9 H para utusan kabilah-kabilah Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah menyatakan masuk Islam .[28]Demikianlah Islam telah merata diseluruh Jazirah Arab setelah Rasulullah berjuang lebih dari 20 tahun. Bangsa Arab yang sebelumnya terpecah belah dan selalu bermusuhan, kini telah bersatu di bawah seorang pemimpin dan bernaung di bawah satu panji, panji Islam .[29]

E. HAJI WADA’ DAN AKHIR HAYAT RASULULLAH

Pada tanggal 8 Dzulhijah yang disebut harin Tarwiyah Rasulullah beserta rombongannya berangkat menuju Mina dan pada fajar hari berikutnya mereka berangkat menuju Arafah. Tepat tengah hari di Arafah, beliau menyampaikan pidato yang amat penting, yang ternyata merupakan pidatonya yang terhair didepan khalayak yang berjumlah amat banyak, sehingga pidato itu pun dikenal dengan khutbah al-wada’i (pidato perpisahan). Beliau menyampaikan amanat dari atas panggung unta dan meminta Rabi’ah ibn Umayyah ibn Kholaf untuk mengulang dengan keras setiap kalimat yang beliau ucapkan.[30]

Setelah itu, Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah masuk Islam.[31]

Kira-kira tiga bulan setelah Haji Wada’, Rasulullah manderita demam beberapa hari. Padfa hari Senin 12 Rabi’ul awal 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M, Rosulullah menghembuskan nafasnya yang terahir,dalam usia 63 tahun. Tidak ada harta benda yang berarti yang di tinggalkan beliau untuk keluarganya, selain pesan-pesan amat berharga yang kelak tetap hidup sepanjang sejarah.[32]

Pemimpin terbesar dalam sejarah itu telah menyelesaikan tugasnya, dan kembali kepada Allah swt. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepadanya, kepada keluarga dan para sahabatnya dan kepada seluruh pengikutnya yang senantiasa melaksanakan ajaran dan sunnahnya. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung.et.al. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, edit: Siti Maryam dkk (Yogyakarta:LESFI & Jurusan SPI fak Adab,2002)

Arnold, Thomas W. Sejarah Da’wah Islam, Terj. H.A Nawawi Rambe,(Jakarta:Wijaya,1985)

Muhallawi, Hanafi Tempat-Tempat Bersejarah Dalam Kehidupan Rosulullah SAW,Terj Abdul Hayyie al-Kattani,dkk (Jakarta,Gema Insani,2005)

Rus’an, H. Lintasan Sejarah Islam di Zaman Rasulullah saw, (Semarang:Wicaksana,1981)

Saepudin, Didin. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:UIN Jajarta Press,2007)

Syalabi, Ahmad. Sejarah Kebudayaan Islam,(Jakarta:Pustaka Alhusna,1979).

Yatim, Badri.Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta:Rajawali pers,1994)


[1] Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Al-Husna Zikra,1979, hlm 30.

[2] Disin Saepudin,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:UIN Jakarta Press,2007, hlm12-13.

[3] Badri Yatim,Jakarta:Rajawali Pers,1994, hlm11-16.

[4] Didin Saepudin, op.cit,hlm16

[5] Badri Yatim,op.cit,hlm 16-17.

[6] Al-Qur’an:43;al-Zukhruf,87

[7] Al-Qur’an:39;az-Zumar,3

[8] Badri Yatim,op.cit,hlm 17

[9] Hanafi Muhallawi,Tempat-Tempat Bersejarah Dalam kehidupan Rasulullah,Jakarta:Gema Insani, 2005,hlm126-127

[10] Didin Saepudin,op.cit,hlm19.

[11] H.Rus’an,Lintasan Sejarah Islam di Zaman Rasulullah saw, Semarang:Wicaksana,1981,hlm53.

[12] Dudung Abdurrahman[et.al], Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern,Yogyakarta:LESFI & Jurusan SPI fak Adab,2002,hlm30.

[13] Ahmad Syalabi,op.cit,hlm61-64.

[14] Thomas W.Arnold,Sejarah Da’wah Islam, Terj. H.A Nawawi rambe,Jakarta:Wijaya,1985,hlm16

[15] Badri Yatim,op.cit,hlm 23

[16] Ibid.

[17] Dudung Abdurrahman,op.cit,hlm 34

[18] Hanafi Muhallawi,op.cit,hlm 163.

[19] Dudung Abdurrahman,op.cit,hlm 35

[20] Disdin Saepudin,op.cit,hlm24

[21] Ibid, hlm26-27.

[22] Lihat kata pengantar Nurcholish madjid dalam Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah, Jakarta:Gaya Media Pratama,2001

[23]Badri Yatim,op.cit,hlm 27

[24] Ibid, hlm 28

[25] A.Syalabi,op.cit,hlm122.

[26] Hanafi Muhallawi,op.cit,hlm 165

[27] Badri Yatim,op.cit, hlm31.

[28] Al-Qur’an:110;al-Nasr,1-3.

[29] Dudung Abdurrahman,op.cit,hlm49.

[30] Rus’an,op.cit,hlm341.

[31] Badri Yatim,op.cit,hlm 23

[32] Dudung,op.ci

0 komentar